,

    Poster Karya Dua Dosen ISI Surakarta di Pamerkan di Catalunya Spanyol


    Kabar baik datang dari ISI Surakarta. Dua orang dosennya, Rendya Adi Kurniawan, S,Sn., M.Sn dan Basnendar Herry Prilosadoso, S,Sn., M.Ds mendapatkan undangan untuk memamerkan poster hasil karya mereka dalam pameran The International Poster Project “From the Trenches, One Day Less, One More Design” . Pameran yang rutin dilaksanakan tiap tahun, sudah diselenggarakan di Catalunya Spanyol dari 9 April sampai 20 Juni 2020 dengan mengusung tema menyikapi kondisi dunia yang sedang mengalami wabah pandemi berupa virus Covid-19. Rendya Adi Kurniawan, S,Sn., M.Sn dan Basnendar Herry Prilosadoso, S,Sn., M.Ds yang merupakan dosen rodi DKV FSRD akan mengirimkan karya desain poster mereka dengan judul "Be Positive Stay Positive" dan “Pandemic, We Are Not Panic”. 

    Be Positive Stay Positive karya Rendya Adi Kurniawan mengandung pesan agar masyarakat senantiasa bersikap positif dan selalu membawa dampak positif bagi sekitarnya. Melalui utak-atiknya menggunakan program adobe photoshop, Rendya dengan mengolah secara visual makanan yang dibuat seakan-akan menjadi semacam virus. Setelah audiens melihat, akan diketahui respon dan reaksinya,  apakah bersikap secara negatif atau positif.

    Hasil karya Basnendar yang dibuat dengan software berbasis vektor memiliki judul Pandemic, We Are Not Panic yang mengandung makna bahwa pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh dunia akan menjadikan manusia bisa lebih beradaptasi dengan mudah dalam berbagai cara. Ha itu juga untuk mengingatkan bahwa setiap manusia di bumi ini diberi alasan untuk menghadapi masalah.

    Prestasi dua dosen tersebut, selain membanggakan Prodi DKV FSRD ISI Surakarta, juga masyarakat Indonesia pada umumnya. Kaprodi DKV FSRD ISI Surakarta, Asmoro Nurhadi Panindias, S.Sn., M.Sn mengatakan bahwa ISI Surakarta turut bangga dengan majunya kedua dosen mereka ke ajang pameran internasional tersebut. Selain itu, dia juga berharap agar keikutsertaan mereka dalam kedua event ini bisa dijadikan sebagai jejaring dan promosi bagi universitas untuk menjalin kerjasama dengan universitas lainnya khususnya yang berasal dari luar negeri.  Adapun  keuntungan yalinnya yaitu dengan sering mengikuti event internasional akan dapat mengasah kompetensi dan kreativitas, serta mengikuti perkembangan desain poster di tingkat global. Yang selanjutnya bisa ditularkan pada mahasiswa  yang diajarnya agar lebih berprestasi lagi.  

    ,

     Gedung Kembar KH Ahmad Dahlan-KH Hasyim Ashari diresmikan Menag


    Gedung Kembar KH Ahmad Dahlan KH Hasyim Ashari
    Gedung Kembar  IAIN Salatiga. (foto: sugito)
    Kampus IAIN Salatiga Jawa Tengah akhirnya memiliki gedung baru, bukan hanya satu tapi ada dua gedung yang diresmikan oleh Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin. Yang cukup menarik, Gedung kembar tersebut diberi nama Gedung KH. Ahmad Dahlan  dan Gedung. KH. Hasyim Ashari. Kedua gedung ini memiliki luas 15 hektar dan berdiri di atas tanah seluas 50 Hektar. Gedung yang akan mulai aktif pada Februari 2017 ini, digunakan untuk Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Fakultas Dakwah, Pasca Sarjana, Kantor Rektorat, dan Akdemik.

    Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin ketika meresmikan gedung kembar kampus tiga IAIN Salatiga, Jawa Tengah, Jumat (27/01) ini mengapresiasi pembangunan gedung baru di kampus tiga IAIN Salatiga yang sumber dananya berasal dari SBSN. Kehadiran gedung ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kampus dan kepercayaan masyarakat terhadap IAIN Salatiga. Keberadaan dua gedung baru ini diperkirakan dapat menampung 5000 mahasiswa.

    Di hadapan civitas akademika IAIN Salatiga, Menag mengatakan bahwa Kementerian Agama terus berupaya melakukan peningkatan sarana pra sarana kampus berbasis SBSN. Ke depan, Kemenag akan meyakinkan Kementerian Keuangan, Bapenas dan stakeholder lainnya agar dana SBSN juga dapat digunakan untuk pembangunan lembaga pendidikan seperti madrasah dan pondok pesantren. Sebagaimana diketahui, gedung yang dibangun sejak 24 Juni 2015 ini, selesai pada 31 Desember 2016 dengan dana sebesar Rp90 Milar dengan 3 lantai. Lantai 1 Gedung KH. Hasyim Ashari digunakan untuk ruang administrasi dan rektorat. Sebagian lantai 2 dan 3 digunakan sebagai ruang kuliah.

    Dalam kesempatan itu, Menag juga memberikan kuliah umum tentang Peran PTKIN dalam Meneguhkan Kebhinekaan NKRI. Menurut Menag, PTKIN ke depan harus lebih fokus dalam menebarkan moderasi Islam dalam menjaga ke-Indonesiaan. Sebab, lanjutnya, hanya paham keagamaan yang moderatlah yang bisa mengawal bangsa majemuk agar tetap terjaga keutuhannya.

    PTKIN, kata Menag, menjadi entitas penting dan otoritatif untuk berbicara tentang moderasi Islam. Karena itu, sudah seharusnya PTKIN mengembangkan pusat moderasi Islam yang kaya dengan literatur serta dikaitkan dengan kondisi kekinian. Dengan begitu, generasi bangsa ke depan akan memiliki pemahaman yang luas tentang nilai kebhinekaan dan nilai Islam yang rahmatan lill alamin.

    Selain itu, PTKIN juga harus berkontribusi dalam perkembangan teknologi informasi. PTKIN dituntut mampu memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana menyikapi dunia maya dan media sosial. Masyarakat membutuhkan wawasan tentang bagaimana menyikapi arus informasu yang demikian deras sehingga mereka terhindar dari sikap saling menghina, mencela, memaki, dan memecah belah bangsa.

    Rektor IAIN Salatiga Rahmat Hariyadi menegaskan komitmennya untuk memperluas peran dan kontribusi IAIN dalam menguhkan nilai-nilai toleransi dan kebhinekaan. IAIN akan terus memberikan kesadaran dan pemahaman kepada mahasiswa dan stakeholders akan keberadaan mereka sebagai orang Indonesia yang beragama Islam bukan orang Islam yang tinggal di Indonesia. (Kementerian Agama RI)

    ,

    Kebijakan Pemberantasan Ilegal Fishing 
    antarkan Susi Pudjiastuti Raih gelar Doktor dari Undip



    Susi Pudjastuti Doktor
    Penyampaian Makalah oleh Susi Pudjiastuti  (Mustholih/Okezone)
    Pagi ini, sabtu 3 Desember 2016 merupakan hari yang bersejarah bagi Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. Salah satu menteri yang banyak menjadi pusat perhatian di Kabinet Presiden Jokowi karena gebrakannya yang “out of the box” tersebut mendapatkan gelar Kehormatan berupa Doktor Honoris causa dari Universitas Diponegoro Semarang.  Susi mendapatkan gelar tersebut atas besarnya jasa-jasa yang sudah dilakukannya terhadap bidang  perikanan dan kelautan di Indonesia.

    Meskipun tingkat pendidikan formal Menteri yang berasal dari Pangandaran Jawa Barat ini hanya lulusan SMP dan berhenti ketika kelas XI SMA, namun pihak  Senat Universitas Diponegoro yang memberikan kelar tersebut menganggap bahwa Susi berhak menerimanya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya secara langsung maupun tidak langsung sudah memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan bidang yang diembannya yaitu kelautan dan perikanan.
    “Secara akademik, metode yang dilakukan beliau lakukan (saat bertugas memimpin departemen yang diberi bhak untuk mengelola 2/3 wilayah negara kita ini) sangat runtut, rasional dan tepat,” kata Yos Johan Rektor Undip sebagaimana dirilis dari situs berita  www.tempo.co.

    Upacara penganugerahan Doktor Honoris Causa itu sendiri digelar oleh Senat Undip pada pukul 10.00 WIB di Gedung Prof Soedharto, Kampus Undip Tembalang. Di depan hadirin dan sejumlah guru besar Undip, Susi membacakan pokok-pokok pikirannya yang disusun dalam makalah berjudul Pemberantasan Illegal, Unreported, and Unregulates Fishing setebal 53 halaman. Beberapa hal yang bisa diambil dari pemaparannya tersebut vantara lain bahwa untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, permasalahan illegal, unreported, and unregulated fishing yang menjadi permasalahan utama pengelolaan kelautan dan perikanan harus dijawab dengan menegakkan 3 pilar pembangunan kelautan dan perikanan yaitu kedaulatan, keberlanjutan, dan kesejahteraan.

    Kedaulatan perlu ditegakkan agar bangsa Indonesia dapat bebas menentukan nasibnya sendiri di laut. Adapun keberlanjutan memiliki arti penting bahwa kekayaan laut kita harus mampu menopang pembangunan nasional dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia sekarang maupun yang akan datang. Sedangkan kesejahteraan berarti pembangunan kelautan dan perikanan harus mampu mencapai tujuan negara sesuai amanat alenia keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Kesejahteraan yang vinngin dicapai bukan hanya berkaitan dengan penghasilan ekonomi yang meningkat, tapi juga perbaikan dalam semua unsur kehidupan nelayan termasuk human security.

    Sedangkan Menteri Kelautan dan Perikanan sendiri ketika diwawancarai oleh sejumlah wartawan menyatakan bahwa Beliau merasa tersanjung dengan gelar yang diberikan kepadanya. Gelar tersebut dianggapnya sebagai amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.  Pada saat komunikasi awal terkait pemberian gelar tersebut, semula Susi merasa tidak pantas, sehingga pihaknya meminta Undip melakukan uji kompetensi terlebih dahulu. Permintaan tersebut disanggupi oleh Undip dengan mengirimkan Tim penguji untuk datang ke rumahnya untuk melakukan tanya jawab. Dan hasilnya Ibu Menteri mendapatkan nilai sembilan atau setara dengan gelar doktor dan diakui oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

    Dan satu hal yang menarik dari sosok menteri wanita yang penuh kontroversial ketika menjalankan tugas ini adalah pernyataannya bahwa dia akan tetap biasa saja setelah ia menerima gelar honoris causa. Harapannya yang lain adalah agar gelar yang diperolehnya tersebut bisa menjadi inspirasi bagi orang-orang yang ingin memajukan Indonesia namun pernah terkendala masalah pendidikan.


Top